Berbincang tentang semester akhir tidak lepas dari kata “lelah dan capek”. Semua orang pernah, dan akan sampai pada titik itu. Bahkan mungkin saat ini kita sedang merasakannya. Sebagai mahasiswa semester akhir begitu banyak beban yang menghampiri,  rasa capek, frustasi, dan segala beban tuntutan yang tidak ada habis-habisnya. 

Disisi lain, sebagai mahasiswa semester akhir, pemikiran akan tugas akhir agar cepat lulus juga menjadi beban yang amat sulit. Tetapi di sisi lain, kita juga dipaksa berpikir tentang pekerjaan apa yang akan disandang sesuai dengan bidang yang selama ini ditekuni, karena ketika asal-asal dalam memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang akademik kita, akan memunculkan kata-kata “percuma sarjana, kerjanya cuma kaya gitu” sedikit menyayat hati, namun satu kalimat ini sering muncul dari orang yang seenaknya men-judge

Pikiran dan beban tugas yang berlebihan kadang kala membuat rasa ingin menyerah. Ditampar dengan berbagai keadaan dan masalah yang bertubi-tubi, makin menambah beban bagi mereka yang berada di fase ini. Kemampuan untuk bertahan sangat sulit namun, terimakasih untuk mereka dan kita yang bisa bertahan dan melewati semuanya meski dengan sedikit banyak tangisan. 

 Entah kenapa rasanya sangat berat saat di fase semester akhir. Masalah  dari keluarga, akademik, bahkan asmara juga turut menjadi bunga dalam perjalanan menuju garis finish di semester akhir ini. Rasanya hilang arah, tidak mampu untuk bertahan, hanya ingin menangis dan meratapi semuanya. Tetapi, dalam diri juga bergejolak untuk tetap berjalan ke depan, karena tujuan yang ingin dicapai sedikit lagi sampai. 

Butuh banyak pengorbanan untuk mencapai garis finish itu. Kita dipaksa kuat untuk diri sendiri, karena yang mengerti hanya diri sendiri. Bahkan ketika ingin bercerita pun kadang kala kita tidak tahu bagaimana harus memulai semuanya. Hanya air mata yang menjadi penenang di masa itu. Tidak banyak yang bisa diperbuat, selain hanya kembali menguatkan diri kita. 

Secapek dan seberat apa pun masalah kita, hidup akan terus berjalan. Menyia-nyiakan waktu untuk berlarut-larut pun akan membawa rasa kecewa diakhirnya. Lagi-lagi  kita harus dipaksa kuat dan harus bisa melawan segala masalah yang muncul. Tidak dapat dipungkiri juga, kadang muncul pertanyaan dalam benak “mengapa semua terjadi saat masa-masa sulit seperti ini ?” kita tidak pernah tahu bagaimana takdir membawa kita tetapi tetap dipaksa menjalani dengan lapang dada. 

Terlepas dari semuanya, kita harus bisa menerima semua apa yang terjadi, karena semuanya akan selalu menjadi pelajaran bagi kehidupan kita kelak. Kadang kala masalah dan rasa capek itu datang untuk menguji seberapa kuat kita untuk terus berjalan menuju garis finish itu. Jadi, mari tetap kuat dan peluk diri untuk menggapai garis itu. 

Banyak yang tidak seberuntung kita. Banyak yang bermimpi untuk bisa menjadi mahasiswa namun memiliki keterbatasan. Selalu ada alasan untuk bersyukur dalam hidup ini. Meski pun kita sedang diambang rasa putus asa, tetapi ingat bahwa selalu ada orang yang menunggu kesuksesan kita. Oleh karena itu, selesaikan tugas dan tanggung jawab itu dan luluslah menjadi seorang sarjana.

Penulis : Marischa 

Editor : Marischa