Penulis : Afifah R | Editor : Marischa

Sumber foto : https://images.app.goo.gl/c2BRrjPrNectmMPQ9

Yogyakarta, Buana Pers – Saat ini, media sosial sedang marak-maraknya membuat konten tentang jajanan dengan topping manis dan ‘brutal’. Salah satu jajanan yang sedang diperbincangkan adalah Teh Talua Bang Ucok. Konten ini diunggah oleh pengguna Tik Tok @bettyaugustina yang kemudian diposting juga di Twitter oleh pengguna @Taulah_, postingan tersebut menuai beragam komentar dari warganet.

Konten jajanan tersebut menyajikan proses pembuatan Teh Talua dengan topping SKM yang tumpah ruah, ditambah dengan bubuk Milo diatasnya. Konten ini menarik perhatian warganet melontarkan kritiknya karena dinilai proses pembuatannya kurang bersih dan dapat membuat diabetes. Sebagian warganet juga berpendapat bahwa Teh Talua yang asli tidak dibuat seperti ini.

“Iya, Talua yg asli ga terlalu manis. Manisnya tipis, kenceng rasa pahit tehnya sama gurih dari telurnya. Telurnya itu yg bagus buat ganjel perut. Buat ngilangin amis telurnya bisa pake vanilla, tapi temenku yg asli Bkt (Bukittinggi) biasanya bikinin buatku pake kayu manis sama jahe.” Komentar salah satu pengguna twitter dengan username @aimocchitarot

Jajanan dengan topping beragam dan jumlah yang sangat banyak ini, sudah menjadi tren tersendiri sejak beberapa tahun terakhir hingga kini. Jenis makanan ini semakin dikenal dan menyebar karena konten tentang jenis makanan ini yang dibagikan ke berbagai platform media sosial. Selain penyebarannya yang semakin luas, trend makanan ini juga sudah memiliki

keragaman, terlihat saat ini banyak pedagang yang mulai memberikan banyak topping pada makanan yang mereka jual, baik itu makanan maupun minuman seperti martabak, jasuke, minuman boba, hingga teh Talua yang viral baru-baru ini.

Trend ini toping brutal ini agaknya banyak menuai pro dan kontra. Di mana sebagian warganet menganggap bahwa makanan dan minuman tersebut menggugah selera, namun sebagian lainnya beranggapan bahwa makanan dan minuman tersebut berbahaya karena dapat menyebabkan diabetes akibat kandungan gula pada topping manis yang disajikan.

Dikutip dari detik.com, Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa Indonesia diprediksi mengalami peningkatan pada kasus diabetes mellitus. Indonesia mengalami peningkatan kasus pada tahun 2018 sebesar 10%, di mana sebelumnya hanya 3-5% di tahun 2003. Kemudian di tahun 2023 kasus diabetes diprediksi akan meningkat hingga 12%. Menurutnya, kasus diabetes mellitus dapat meningkat karena adanya beberapa faktor seperti faktor genetik dan nongenetik. Faktor non-genetik inilah yang berasal dari lingkungan dan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini. Oleh karena itu, Kemenkes RI saat ini sedang mengupayakan kebijakan dalam penanganan sejumlah penyakit dan diantaranya adalah diabetes.

Trend makanan dan minuman dengan toping melimpah bukan hanya teknik menjual dan mempromosikan dagangan, namun sudah menjadi gaya hidup yang saat ini dicari. Namun, terkadang konsumen hanya termakan sebuah iklan maya dan seringkali dikecewakan dengan realita yang ada.