Yogyakarta, Buana Pers – Badan Eksekutif Mahasiswa merupakan salah satu organisasi yang paling banyak di incar oleh “sebagian” warga kampus. Kalau bukan karena eksistensi ya paling buat ngisi CV. Miris tapi memang seperti itu faktanya.
BEM universitas kampus sebelah terlihat cukup aktif dalam menyuarakan aspirasi, mengelola divisi, bahkan menjalin relasi guna mengembangkan sumber daya anggotanya. Tetapi, berbeda dengan BEM Universitas Mercu Buana Yogyakarta “Tercinta” ini, Bak kerupuk warteg terendam air, gimana tuh konsepnya??. Hilang entah kemana jasadnya, mencari keberadaannya pun seperti mencari jarum dalam jerami. susahhh.
Sebagai organisasi lembaga kemahasiswaan “katanya” sudah seharusnya BEM menjadi salah satu penyalur informasi kepada pimpinan birokrat kampus. Sekelas BEM atau HIMA Fakultas yang isinya “hanya” buat event tahunan aja rasanya tidak cukup dalam menampung itu semua. Teringat usulan terkait baju angkatan saja tidak bisa direalisasikan apalagi tampungan aspirasi terkait keluhan mahasiswa yang begitu banyak. Itulah sebenarnya salah satu dari sekian banyak urgensi dari adanya BEM universitas. Nyatanya berbeda dengan kampus tercinta ini, BEM universitas tidak terlihat dan lenyap tak terlihat. Lalu bagaimana dengan aspirasi mahasiswa saat ini? Bagaimana dengan kasus-kasus yang terselubung? Apakah terlihat oleh kampus? pada akhirnya hanya menjadi bahan pembicaraan mahasiswa dan tak kunjung mendapat tindakan.
Sejak diadakannya Musyawarah Besar pada bulan Januari 2023 lalu, belum terlihat lagi adanya pergerakan dari adanya wacana pembentukan BEM universitas tersebut. Postingan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UMBY pun hanya terlihat perkenalan kepengurusan saja tanpa ada memperlihatkan langkah selanjutnya yang akan ditempuh. Terhitung dari bulan Januari ke Juni hanya digunakan sebagai bentuk perkenalan MPM saja.
Lalu apa saja yang dapat dijadikan kritikan untuk Panitia Pembentukan BEM-U dan MPM yang sudah terbentuk? tentu saja evaluasi orang-orang yang ada didalamnya apakah memang berkompeten dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sangat perlu, mengingat untuk sekedar memperkenalkan apa itu BEM universitas saja tidak mampu. Kelambanan pergerakan yang ada di ranah panitia bahkan pengurus MPM UMBY juga mengakibatkan belum adanya presiden mahasiswa.
Pertanyaan terbesar yang saat ini muncul adalah masihkah BEM universitas dibutuhkan? pertanyaan ini muncul akibat kinerja yang ditunjukkan oleh pengurus sendiri tidak dengan keseriusan. Semangat yang cepat memudar tentu tidak akan baik bagi keberlangsungan demokrasi diranah mahasiswa. Ajang ini seperti sebagai ajang unjuk CV saja, tidak berbobot, dan tidak menunjukkan nilai apa-apa. Kemana perginya Ketua MPM, Badan Pengurus, dan Komisi-Komisi yang terlibat? apakah esensi media sosial hanya sebagai ajang perkenalan foto dan visi misi? kalau memang tidak mampu mengemban, lebih baik mundur!. Tapi ini bukan perkara mundur, tapi bagaimana pertanggung jawaban pengurus terhadap janji yang sudah diucapkan.
Rasanya lebih mudah membuat sebuah “ALIANSI” dari pada mendirikan organisasi untuk CV.
Penulis : Puput Putri Sindi
Editor : Alan Dwi Arianto
Sumber gambar : Canva