Penulis : Ja’far Abdul Aziz | Editor : Alan Dwi Arianto

Sleman, Buana Pers – Pewarta Foto Indonesia atau PFI Yogyakarta menggelar pameran karya Fotografi Jurnalistik bertajuk ‘kilas pitulas’, pameran tersebut digelar dalam rangka memperingati 17 tahun gempa bumi berkekuatan 5,9 magnutido yang melanda DIY-JATENG pada tahun 2006 silam. Pameran foto digelar mulai 26 Mei hingga 2 Juni 2023.

Foto-foto tersebut mengabadikan memorial penting selama dan setelah gempa. Peristiwa tersebut mengingatkan akan perjuangan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta upaya dalam membangun kembali kehidupan mereka. Inisiator pameran foto jurnalistik, Wawan, menjelaskan jika melalui pameran yang PFI gelar ingin selalu mengingatkan masyarakat bahwa Jogjakarta merupakan salah satu tempat yang menjadi langganan bencana, khususnya gempa bumi.

“PFI tetap berupaya untuk mengingatkan selalu kepada masyarakat tentang beragam peristiwa yang kemungkinan patut untuk di kenang agar ada kejadian serupa itu tidak menjadi sebuah bencana, namun untuk mengingat,” kata dia.

foto-foto yang ditampilkan menggambarkan pemandangan kehancuran setelah gempa terjadi, puing bangunan yang roboh, dan gambaran kesedihan dan kepanikan masyarakat. Foto-foto akan memperlihatkan dampak yang dahsyat dari gempa tersebut, mengingatkan kita akan kerapuhan kehidupan dan betapa cepat segalanya bisa berubah.

Momentum Gempa 2006 sangat membekas dan besar bagi wilayah DIY, tidak hanya bagi masyarakat namun pemerintah juga karena telah memakan hampir 6000 jiwa.

“Gempa Jogja bukan meluluh lantakan semua, tapi gempa Jogja adalah momentum kebangkitan masyarakat DIY secara bersamaan itu yang terpenting,” kata Kepala Panitia Pelaksana, Aka Rahman.

Resto Dhongso yang bertempat di Sariharjo, Sleman menjadi tempat diadakan pameran foto Jurnalistik. Tidak seperti pameran pada umumnya, melainkan pameran ini diadakan di warung makan berkonsep joglo. Keunikan pameran yanh diadakan oleh PFI ini mampu menarik antusias penonton ditambah dengan bubuhan puluhan kain satin yang dibentangkan untuk dijadikan media foto agar dinikmati pengunjung.

Seorang pengunjung pameran bernama Arnold menceritakan tentang apa yang dia lihat dari puluhan foto yang ditampilkan. Dia tak menyangka apa yang dilakukan oleh para Jurnalis Foto dapat merekam peristiwa yang begitu luar biasa.

“Ini bisa menjadi pengingat untuk saya atau untuk publik secara umum bahwa kita pernah mengalami bencana sedemikian dahsyatnya, itu kita ambil hikmahnya sebagai bagian dari edukasi, kalau orang Jogja bilang ‘eling lan waspodo,” ujarnya.

59 karya diseleksi dari 500 karya para fotografer yang terkumpul didalam organisasi PFI Yogyakarta. Foto tersebut diseleksi langsung oleh seorang kurator senior, angka 59 sendiri diambil dari angka kekuatan gempa 2006 yakni 5,9 M.