Komunitas Kopi Liar terbentuk ketika beberapa orang sedang menikmati kopi di Gunung Salak. Nama ‘Kopi Liar’ mempunyai makna pergi berpetualang di alam bebas dan mereka sama-sama pecinta kopi. FYI, komunitas ini dibentuk sejak 30 September 2010 dan pencetus berdirinya bernama Cak Mat.

Dinamika komunitas ini cenderung berpola, dari satu anggota yang terus tersambung hingga ke anak-anak mereka yang juga bergabung dalam komunitas ini. Pun mereka telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun melalui ekspedisi ke daerah-daerah dan kemudian membentuk sebuah tali persaudaraan yang membuat khalayak ramai mengetahuinya.

Ada tantangan yang dihadapi komunitas Kopi Liar. Adalah mereka kesulitan dalam ekspedisi ke daerah-daerah lantaran kurangnya dana. Namun hal itu mereka hadapi dengan cara mencari dana dan bekerja sama dengan masyarakat atau pengusaha. Komunitas ini juga menghasilkan produksi yang berbahan dasar kopi, namun mereka belum mampu untuk menghasilkan produk berskala besar.

Menurut pandangan penulis, komunitas seperti ini harus dilestarikan. Sebab komunitas ini sebagai wadah penunjang pemuda indonesia berskala kecil dalam mengenalkan manfaat yang bisa didapatkan dari sebuah biji kopi. Karena masih banyak orang orang yang belum mengenal terlalu dalam terhadap “biji kopi”.

Kebanyakan masyarakat memandang kopi hanya sekedar minuman yang mengandung kafein dengan tingkat kadar kafein yang berbeda beda. Padahal di balik itu, kopi juga mempunyai manfaat di berbagai bidang. Contoh karya seni rupa membutuhkan bahan kopi untuk menambahkan sedikit kiasan makna pada lukisannya. Kopi juga memiliki peran dalam mengharumkan ruangan dengan wangi khas miliknya yang menenangkan.

Komunitas Kopi Liar juga memberikan efek positif untuk menjadi inspirasi banyak kalangan remaja untuk tetap berinteraksi secara tatap muka. Hal itu dilakukan karena mereka mengetahui fakta bahwa banyak remaja yang terjebak dalam kenikmatan virtual tanpa ingin berinteraksi dengan dunia luar.

Penulis: Vicka Berliana

Penyunting: Khoirul Atfifudin Sumber gambar: Vicka Berliana