PKKMB fakultas UMBY 2022 telah diadakan di ketiga kampus UMBY pada Kamis, 08 September 2022. Di kampus 2, pihak Buana Pers memberikan tujuh pertanyaan kepada mahasiswa-mahasiswi baru (maba-miba) UMBY untuk memberikan tanggapan tentang Jogja, UMBY dan PKKMB 2022.
Ada tiga maba-miba. Adalah Fajri yang berasal dari Cikampek dengan fakultas Teknologi Informasi, Deanita Wahyudi yang berasal dari Tuban dengan prodi Bimbingan Konseling, dan Richad Restu Madani yang berasal dari Cilacap dengan prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
Masing-masing individu memiliki jawaban yang sedikit-banyak berbeda. Berikut adalah hasil jawaban dari pertanyaan yang pihak Buana Pers ajukan.
- Kenapa memilih Jogja sebagai tempat studi?
FAJRI : “Jujur, karena banyak saudara saya yang merekomendasikan Jogja. Karena menurut mereka Jogja itu kota pelajar dan saya juga tahu akan hal itu.”
DEA : “Karena ada saudara di Jogja.”
RICHAD : “Jogja itu asik dan orangnya juga ramah-ramah. Dan karena dari berbagai universitas yang saya riset di Indonesia, Jogja menjadi kota pilihan saya untuk melanjutkan studi.”
- First impression tentang Jogja?
FAJRI : “Karena orangnya banyak yang ramah, kalo lewat itu mereka pada bilang ‘monggo mas.’ Wah sopan-sopan orangnya.”
DEA : “Tempat liburannya banyak. Lingkungannya juga enak buat beraktivitas.”
- Kenapa memilih UMBY?
FAJRI : “Karena dikasih tahu sama saudara kalo UMBY itu terjangkau dari segi biaya dan ada jurusan yang saya suka.”
DEA : “Karena ditolak berbagai PTN. Kemudian ditawari oleh guru BK beberapa universitas swasta di Jogja yang salah satunya adalah UMBY. Pun dari segi biaya UMBY cukup terjangkau.”
RICHAD : “Karena ada prodi yang saya mau, yaitu prodi Pendidikan Bahasa Inggris.”
- First impression UMBY?
FAJRI : “Jujur pertama kali aku melihat UMBY itu kampus 3. Gedungnya bagus kalo yang kampus 3. Tapi ternyata fakultasku di kampus 2. Mirip ‘puskesmas.’ Sebagian dindingnya kayak dari tripelk gitu. Aku aja mau nyandar takut roboh.”
DEA : “Saya kira UMBY itu (maaf ya) karena biayanya terjangkau jadi saya kira akreditasinya kurang baik. Tapi ternyata setelah saya nanya-nanya hal itu cuma kekhawatiran saya aja. Karena akreditasinya bagus juga kok. Tapi kalo dari segi bangunan, kok tampilannya beda ya sama kampus 3.”
- Apakah PKKMB itu penting?
FAJRI : “Penting sih mas. Soalnya kita di PKKMB banyak menemukan temen-temen baru, apalagi temen-temen selain dari jurusan kita.”
DEA : “Penting ya. Soalnya kan kalo PKKMB online dan offline itu beda ya. Kalo offline kita jadi tahu kampusnya, kakak-kakak panitia dan segala macem lainnya. Sedangkan kalo online kan vibesnya lebih beda gitu karena cuma mantengin layar aja.”
RICHAD : “Menurut saya sangat penting. Karena mahasiswa baru dapat mengenal sistem pembelajaran dan lain sebagainya.”
- Pesan dan kesan selama PKKMB?
FAJRI : “Kesannya asik mas. Tapi dari panitiannya itu lho kalo memberikan informasi terlalu dadakan.”
DEA : “Kesannya enak banget. Walaupun saya badannya ngak fit, tapi saya menikmati acaranya sampai akhir kok. Temen-temen saya sekolompok juga seru dan kakak-kakak panitia juga friendly. Pesan saya buat kakak-kakak panitia kalo PKKMB mau diadakan berhari-hari juga ngakpapa.”
RICHAD : “Capek tapi menyenangkan. Apalagi dari PMI sangat membantu saya yang disabilitas ini. PMI itu kemarin pas di kampus 3 membantu saya dalam berjalan dan naik-turun tangga.”
- Penilaian PKKMB dari 1-10?
FAJRI : “7 mas.”
DEA : “8.”
RICHAD : “Lebih dari 10 sih mas. Karena saya sangat terbantu dalam berbagai hal.”
Reporter : Rizky Fajar NA & Khoirul Atfifudin
Penulis : Khoirul Atfifudin
Penyunting : Khoirul Atfifudin
Foto : Khoirul Atfifudin