Kelompok 40 KKN Universsitas Mercu Buana Yogyakarta melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pendampingan mengenai stunting. Kegiatan tersebut dilaksanakan di kediaman Bapak Maryoto (Kepala Dusun Dayugo), Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Magelang pada Kamis, (11/08/2022).

Sosialisasi tersebut mengundang ibu Maghfiroh selaku Bidan Desa sebagai pembicara. Selain itu turut mengundang kader posyandu serta ibu-ibu dusun dengan kategori memiliki balita sebagai peserta sosialisasi. Di akhir acara, Ibu Ichlasia Ainul Fitri, S.TP., M.SC selaku dosen pembimbing lapangan mahasiswa KKN UMBY 40 memberikan penyuluhan stunting dan memberikan nutrisi tambahan kepada anak-anak.

Tujuan diadakannnya kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya nilai gizi terhadap pertumbuhan anak. Sebab Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Di mana  hal itu mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar biasanya.

Faktor yang seringkali dikatakan sebagai penyebab stunting pada anak adalah genetik (keturunan) dari kedua orang tuanya. Padahal genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang mempunyai pengaruh paling kecil dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya), dan pelayanan kesehatan.

Stunting terjadi sejak dalam kandungan dan akan tampak saat anak berusia 2 tahun. Prevalensi stunting di Indonesia saat ini adalah 37,2 %, dengan kata lain bahwa lebih dari 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Pun berdasarkan data yang diperoleh, jumlah balita stunted di Desa Banyusidi pada 31 desember 2021 sebanyak 89 anak (5,1%).

Dampak yang dialami oleh anak stunting adalah mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, saat tua berisiko terkena penyakit berhubungan dengan pola makan, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang, mengakibatkan kerugian ekonomi, dan postur tubuh tidak maksimal ketika dewasa.

Penyebab stunting di Indonesia multi-dimensional di mana terletak pada pola asuh yang tidak baik. Seperti kurang pengetahuan tentang kesehatan & gizi sebelum dan pada masa kehamilan. Bahkan 55% anak usia 0-6 bulan tidak mendapat ASI eksklusif (Susenas, 2015), 1 dari 3 anak usia 6-23 bulan tidak menerima MP-ASI tepat (SDKI, 2012).

Stunting masih bisa ditangani dengan langkah-langkah sebagai berikut, Pertama, memperhatikan kesehatan Ibu dan anak dengan cara pengolahan gizi seimbang keluarga, imunisasi lengkap, pemantauan minum pil Fe serta menerapkan ASI-eksklusif. Kedua, konseling gizi terpadu seperti halnya penanganan KEK (kekurangan energi kronis), penyuluhan gizi dan pengolahan makanan serta PMBA (pemberian makanan bayi dan anak). Ketiga, perlindungan sosial, yakni dengan menyiapkan form keterangan proses kelahiran. Keempat, sanitasi dan air bersih, seperti halnya penyuluhan PHBS dan sanitasi. Kelima, layanan PAUD, yakni dengan kegiatan bina keluarga balita, latihan pengasuhan anak (kelas parenting), dan menerapkan pola asuh anak.

Penulis: Dewa Ayu Intan

Penyunting: Khoirul Atfifudin