Body image atau citra tubuh merupakan suatu persepsi seseorang untuk menilai, dan merasakan tubuhnya, betapa berharga serta “pantas” dirinya menurut persepsi orang lain.
Contohnya ketika seseorang berdiri di depan cermin. Ia memandangi wajahnya, bentuk tubuhnya, segala detail tentang apa yang ada dalam dirinya, apa yang orang itu pikirkan, dan rasakan mengenai tubuhnya.
Beberapa orang mungkin mengembangkan body image positif. Merasa bahwa tubuh yang dimiliki sudah cukup, dapat menghargai tubuh sebagai hadiah yang diberikan Tuhan: beberapa juga merasa bahwa tubuh yang dimilikinya sudah sesuai dengan standar yang dibentuk oleh masyarakat; dan ada juga yang berpikir jika mengikuti persepsi masyarakat mengenai body image maka tidak ada habisnya, sehingga lebih baik bersyukur daripada berlomba menjadi sosok sempurna menurut masyarakat.
Sayangnya, tak sedikit juga orang-orang yang malah mengembangkan body image negatif atau low body image. Orang dengan pemikiran body image negatif merasa bahwa apa yang ada dengan tubuhnya bukan sesuatu yang patut disyukuri.
Ketika ia menatap cermin dan memastikan dirinya layak untuk dilihat orang lain, berbagai pikiran dan perasaan muncul. Mulai dari merasa ada yang kurang dengan tubuhnya, kecewa dengan lekuk tubuh yang tidak sempurna, atau bolak-balik mengganti baju karena dirasa tidak sesuai.
Tentu, orang dengan pemikiran body image negatif ini tersiksa dengan pemikirannya sendiri untuk memenuhi harapan orang lain tentang dirinya. Hal ini tentu bukan sesuatu yang menyenangkan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengembangkan body image negatif, apalagi di era modern, sebagian besar waktu dihabiskan untuk membuka sosial media. Saat seseorang sedang berselancar di sosial media dan mendapati postingan yang dianggap masyarakat sebagai standar ideal dari body image yang dipenuhi dengan komentar memuji, pikiran tentang “aku ingin menjadi seperti dia” akan terbentuk.
Alhasil, body image negatif akan mendorong seseorang melakukan berbagai cara untuk memenuhi ekspektasi tentang tubuh mereka. Tidak jarang berbagai hal yang ekstrem dan membahayakan dilakukan, seperti diet ekstrem yang menyebabkan seseorang mengalami anoreksia karena masuk ke dalam klasifikasi eating disorder yang ditandai dengan penurunan berat badan berlebihan akibat kelaparan yang disengaja (self-starvation).
Memiliki asumsi tentang body image negatif membawa dampak yang merugikan. Sebab orang dengan body image negatif mengesampingkan kesehatan hanya untuk menuruti tubuh yang ideal menurut orang lain. Belum lagi jika seluruh usaha yang dikerahkan tidak membuahkan hasil akan menimbulkan dampak psikologis yang lain bagi dirinya; depresi, eating dissorder, dan insecurity atau merasa tidak percaya diri.
Stigma mengenai hal tertentu, pandangan dan persepsi masyarakat mengenai suatu isu dan topik kadang kala memang memberikan penekanan terhadap bagaimana kita harus bersikap sesuai dengan apa yang masyarakat inginkan.
Oleh karenanya, kita memang tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain berpikir mengenai diri kita. Kita juga tidak bisa terus menerus hidup dalam tekanan masyarakat yang menetapkan “sempurna” versi mereka. Satu hal yang bisa kita kontrol adalah pikiran, perasaan, dan value yang kita yakini. Mengembangkan body image positif menjadi salah satu cara agar kita dapat memaknai kehidupan dengan kebahagiaan. (*)
Penulis: Chika Karnelisia
Editor: Khoirul Atffudin
Sumber Gambar: https://id.pinterest.com/pin/467741111287761365/