Beberapa waktu terakhir, dunia digegerkan dengan aksi para ilmuwan yang turun ke jalan dan menyatakan bahwa bumi sudah berada pada ambang kehancuran. Tentu saja ucapan para ilmuwan ini tidaklah bentuk ancaman yang asal-asalan. Namun mereka menyuarakan hal ini berdasarkan data-data yang sudah mereka temukan kemudian memiliki argumen bahwa bumi memang sedang tidak baik-baik saja.
Salah satu ilmuwan NASA yang juga menghadiri demo tersebut yaitu Peter Kalmus menyatakan, “Kita akan kehilangan segalanya dan kami tidak bercanda, kami tidak berbohong, kami tidak melebih-lebihkan.” Ucapnya dengan suara yang pilu karena dianggap membawa berita yang tidak nyata adanya.
Bahkan sehari setelah aksi demo diadakan tersebut, Dr. Kalmus ditangkap karena dianggap telah membawa kericuhan dengan memblokir pintu masuk ke gedung JP Morgan Chase. Padahal demo diadakan di tempat tersebut bukan tanpa alasan, melainkan karena menurut Kalmus, Chase sudah mendanai proyek besar berupa pembuatan bahan bakar fosil baru yang tentu saja hal ini di tolak oleh para ilmuwan NASA karena dengan adanya proyek tersebut akan menimbulkan polusi dan kerusakan bumi yang lebih parah.
Alih-alih beberapa waktu belakangan ini, cuaca terasa sangat panas dan ekstrim. Ini adalah salah satu tanda bahwa bumi sudah mulai mengalami kerusakan karena pemanasan global yang disebabkan oleh banyak hal mulai dari kurangnya lahan hijau, efek rumah kaca, efek umpan balik, variasi matahari, peternakan atau konsumsi daging, bahkan yang menghebohkan beberapa waktu terakhir adalah penelitian yang menyebutkan bahwa email yang menumpuk juga mempengaruhi pemanasan global yang terjadi.
Lalu, bagaimana mungkin email mampu mempengaruhi pemanasan global saat ini? Menurut salah satu penelitian McAfee, proses untuk mengirim atau menyalurkan email juga mengandung emisi karbon yang nantinya 78 persen dari email terkirim itu dapat masuk ke dalam folder spam. Proses pengiriman dan penerimaan pesan email yang berakhir menjadi spam inilah yang menyumbang beberapa persen untuk pemanasan global. Bahkan penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa ada 62 triliun email spam tiap tahunnya. Jadi bayangkan saja berapa spam email dari pertama diciptakan hingga saat ini.
Lalu mengapa spam email ini dapat megandung emisi karbon yang berbahaya untuk bumi? Carbon footprint adalah gas yang dihasilkan oleh seseorang, benda atau peristiwa tertentu bahkan sisa dari sebuah kegiatan tertentu termasuk aktivitas kirim-terima email itu sendiri. McAfee juga menyatakan bahwa mengirim satu email sama dengan menambahkan 4 gram karbondioksida ke atmosfer bumi, lalu mengirim 65 email sama dengan gas buangan mobil yang berjalan sejauh satu kilometer. Bisa kita bayangkan berapa banyak emisi karbon ini dihasilkan di mana segala aktivitas media sosial saja acap kali selalu melibatkan email.
Sehingga, menururt saya ini bukanlah hal yang mengada-ngada apabila email menjadi salah satu faktor yang memperburuk proses global warming itu sendiri. Bahkan itu akan menjadi sangat berbahaya bila kita tidak membatasi penggunaan medsos bagi diri kita sendiri dan kepulihan bumi. Meskipun mungkin masih ada beberapa orang yang menganggap hal ini adalah masalah kecil yang tidak akan berpengaruh besar, namun apabila banyak orang yang berpikir demikian maka ini tetap akan menjadi permasalahan yang besar. Lantas apa yang perlu kita lakukan untuk memulihkan bumi atau paling tidak kita tidak memperkeruh hal tersebut?
Beberapa hal kecil yang mungkin bisa kita lakukan adalah menanamkan pada diri kita untuk senantiasa menjaga bumi dengan berbagai cara. Adalah antara lain senantiasa menanam tumbuhan, meminimalisis penggunaan benda yang mampu menjadi sumber efek rumah kaca atau merusak atmosfer, menghapus spam email yang tidak penting, membatasi bermain media sosial karena aktivitas itu juga mengandung emisi karbon yang berbahaya apabila terlalu banyak, mencabut kabel yang tidak digunakan dan penting juga untuk menyebarkan pengetahuan tentang alam untuk kelestarian bumi kita. Sebab melalui bumilah hidup manusia ditopang selama ribuan tahun.
Penulis: Nanda Kesya Pramesty
Editor: Khoirul Atfifudin
Illustrasi: https://id.pinterest.com/pin/512495632604847174/