Gejolak Ambon 99
Apakah kalian pernah melihat atau bahkan merasa sedang berada dalam situasi konflik beragama? Apa yang ada di dalam pikiran kalian mengenai konflik agama? Tentu saja hal yang terlintas di pikiran kita adalah hal-hal yang mengerikan. Kerusuhan di berbagai tempat, kehancuran, dan masih banyak lagi hal negatif yang akan terjadi karena konflik beragama. Ya bukan?
Tahu gak sih? Ternyata konflik besar tentang beragama pernah beberapa kali terjadi di Indonesia. Bellum Sacrum merupakan istilah dalam bahasa Latin yang berarti perang agama. Lebih tepatnya adalah perang yang disebabkan atau dibenarkan oleh perbedaan dalam agama. Menurut Encyclopedia of wars, dari 1,763 konflik sejarah yang diketahui, 123 perang atau 6.98% menjadikan agama sebagai sebab utamanya, dan 66 perang diantaranya atau 53,66% berkaitan dengan Islam. The Great Big Book of Horrible Things karya Matthew White menjadikan agama sebagai sebab ke-13 dari 100 kejahatan mematikan di dunia. Pada dasarnya konflik akan terjadi jika terdapat ketersinggungan perasaan perorangan atau kelompok. Sekarang, ayo kita bahas salah satu konflik beragama yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1999 yaitu konflik agama yang terjadi di Ambon (Perang Ambon).
Kenapa konflik agama bisa terjadi?
Asal mula penyebab dari Perang Ambon tahun 1999 adalah ketika terjadi pertikaian antara salah satu pemuda Bugis yang beragama Islam dengan pemuda asal dari Mardika yang beragama Nasrani. Pemuda yang berasal dari Mardika yang berprofesi sebagai supir angkot tidak mau memberikan uangnya walaupun sudah diminta berkali-kali oleh pemuda Bugis yang merupakan preman di daerah Batu Merah itu. Pada akhirnya, terjadilah perkelahian antara keduanya dan melibatkan sebuah senjata tajam yang dibawa pemuda asal Mardika. Perkelahian ini merebak ke desa pemuda Bugis tersebut karena pemuda Bugis Islam itu memberitahukan bahwa ia akan dibunuh oleh orang Nasrani. Karena cerita tersebut, para warga pun akhirnya ikut tersulut api amarah dan ingin membalas dendam kepada pemuda Batu Merah tersebut. Keributan pun tak dapat dihindari saat pemuda Mardika menyerang daerah Batu Merah yang notabenenya merupakan daerah mayoritas beragama Nasrani.
Apa dampaknya?
Kita pasti tahu jika sebuah perang terjadi tentu banyak dampak buruk yang ditimbulkan. Bisa dibilang bahwa konflik agama ini menjadi luka bagi bangsa Indonesia. Perang Ambon merupakan salah satu konflik berdarah yang menewaskan hampir 5000 nyawa manusia, bahkan ada yang menyatakan hingga 9000 nyawa. Konflik tersebut berlangsung sejak tahun 1999 – 2002 dan membuat sepertiga penduduk Maluku dan Maluku Utara mengungsi. Belum lagi kerusakan material, rusaknya kerukunan umat beragama, dan keamanan yang tidak kondusif.
Jadi, sekarang kita pasti tahu bahwa perang akan membawa kerugian besar bagi kita sendiri dan bangsa ini. Dengan adanya konflik-konflik agama yang pernah terjadi di masa lampau, seharusnya semua masyarakat dapat mengambil hikmah bahwa toleransi beragama sangatlah diperlukan di Indonesia.
Nah, dengan demikian mulai sekarang mari kita membuat bangsa ini menjadi bangsa dengan rakyat yang memiliki rasa solidaritas tinggi, toleransi, dan bijak dalam menghadapi masalah. Sehingga nantinya konflik agama tidak membuat bangsa ini hancur dan rakyat yang menderita.
Penulis: Theresia Rut Anggelang Ua