sumber gambar freepik.com

Kamis, 25 Februari 2021, Buana Pers mengadakan pelatihan jurnalistik tingkat dasar. Salah satu pembicara pada kegiatan tersebut adalah Ainur Rohma. Membahas materi: “Wacana Pers, Analisis Kritis, Teknik Wawancara dan Teknik Penulisan Berita.”

Pada pelatihan tersebut beliau mengulas perihal ‘Berpikir Kritis’, bahwa berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang kompleks dengan menggunakan proses analisis dan evaluasi terhadap suatu informasi yang diterima maupun dalam menyelesikan permasalahan. “Kemampuan berpikir kritis dapat dimiliki oleh semua orang, namun akan tumpul ketika hal tersebut tidak digunakan atau dipraktekkan. Oleh karena itu berpikir kritis merupakan salah satu unsur terpenting yang harus dimiliki oleh jurnalis,” jelasnya.

Berpikir kritis berbeda dengan teknik menghafal atau hanya sekedar mengumpukan informasi. Berpikir kritis bersifat argumentatif dan tidak bias terhadap informasi serta menjadikan berbagai informasi sebagai data yang dapat memberikan kesimpulan sesuai permasalahan yang dihadapi.

Terdapat lima sifat yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh jurnalis dalam penerapan berpikir kritis yaitu:

  • Terbuka

Terbuka adalah sikap mau menerima informasi dari berbagai pihak yang sekiranya dapat membantu dalam memperoleh data yang diharapkan. Informasi tersebut tidak serta merta hanya dikumpulkan, namun harus selalu dipilah sesuai relevansinya terhadap sesuatu atau masalah yang dihadapi.

  • Rasa Ingin Tahu

Memiliki sikap terbuka tentu harus diiringi dengan sikap ke-ingin tahu-an, yang mana hal tersebut merupakan skeptis para jurnalis untuk tidak gegabah dalam menyimpulkan segala sesuatu. Setiap informasi yang diperoleh diperlukan data penunjang untuk verifikasi ke-valid-an data. Rasa ingin tahu dan skeptis yang diasah akan membentuk pikiran kritis dengan sendirinya.

  • Bersikap Jujur

Sebagai seorang jurnalis, sikap jujur adalah pilar utama yang harus dijadikan sebagai landasan sikap berpikir kritis. Berita yang benar adalah berita yang sesuai dengan fakta, dan tidak memihak kelompok yang sekiranya bertentangan dengan keadaan atau bukti yang ada. Sikap jujur tersebut akan membawa kita menuju suatu kebenaran.

  • Pemberani

Seperti yang dijelaskan Mbak Ainur Rohma bahwa sikap kritis akan tumpul jika kita tidak mempraktekannya dan menggunakannya. Sikap berani bukan hanya berani mengeluarkan aspirasi, opini dan lain-lain, namun juga berani menanggung resiko dari tindakan yang telah dilakukan. Berani untuk selalu mengevaluasi perihal-perihal yang sekiranya bertentangan dengan norma-norma masyarakat atau kode etik jurnalistik.

  • Spekulatif

Sebagai Seorang jurnalis yang selalu mengedepankan pikiran kritis, sifat spekulatif harus disertakan dan selalu ada dalam informasi atau berita yang akan dibuat. Spekulatif yang dimaksud adalah sikap memberikan jawaban alternatif kepada para pembaca, sehingga ketika pada penyampaian, pembaca akan memiliki opsi jawaban yang ditawarkan dalam berita yang telah dibuat.

Sebagai jurnalis, kita tidak bisa menghilangkan salah satu landasan tersebut demi tercapaianya pikiran kritis. Antara satu dengan yang lainya saling berkaitan dan memiliki tempat tersendiri di dalam paradigma pikiran kritis. Oleh karena itu selamat berproses dan berjuang sebagai jurnalis yang mampu berpikir kritis dan menyajikan berita kepada masyarakat secara benar.

Penulis: Khoirul Atfifudin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *